PEMUDA INI LAWAN ARUS MEMBELA KEJUJURAN
Tidak mau mengikuti arus menyontek. Ia memilih berhenti dan berjuang di jalur berbeda. Kini ia membantu para anak prasejahtera untuk bangkit.
KECEWA akan sistem pendidikan formal, mungkin itu yang bisa digambarkan keputusan Andi Rizki Putra melawan arus. Di usia yang relatif masih muda, pemuda kelahiran Medan itu berani membongkar praktik kecurangan di sekolahnya saat ujian nasional (UN).
Besar dari keluarga broken home Andi kerap berbuat nakal dan beraduk fisik di sekolah. Untungnya, ia dianugerahi otak yang encer. Saat SD dan SMP ia berhasil lompat kelas melalui program akselerasi.
Kekecewaan, marah, dan geram akan praktik ketidakjujuran yang terjadi di sekolahnya saat UN itu membuatnya memutuskan berhenti sekolah saat SMA. Padahal, ia baru sekitar 1-2 bulan mengikuti kegiatan belajar dan memutuskan mengambil paket C.
“Waktu itu saya sempat lulus SMP, tapi hanya melanjutkan sekitar dua setengah bulan di bangku SMA. Abis itu putus sekolah,“ lanjutnya.
Andi, kala itu, menimba ilmu di sekolah unggulan di Jakarta dan melihat guru menyediakan kunci jawaban guna mendongkrak nilai siswa di ujian nasional.
“Kalau dari kecil diajarkan begini, bagaimana mereka memimpin negara ini di masa depan,“ ujar Andi.
Baginya, pendidikan sangat penting guna membentuk karakter orang yang lebih baik. Alasan itu yang memacu dirinya untuk berani melaporkan hal itu kepada lembaga terkait.
“Saya lapor mulai dari kepala sekolah, guru, ICW, telepon KPK, telepon polisi karena saya ha nya mau mencari cara untuk supaya hal ini nya mau mencari cara untuk supaya hal ini bisa dihentikan. Namun, hasilnya nihil,“ ungkap Rizki.
Hingga kini, Andi ingat perkataan guru tersebut. Dirinya harus berani mengikuti arus dan perkembangan yang terjadi di lingkungannya, yakni menyontek. Karena kalau tidak, dirinya disebut akan selalu tertinggal.
“Saya ingat benar ada yang mengatakan kepada saya seperti itu. Kalau kamu tidak bisa mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat alias menyontek, kamu akan selalu tertinggal di masyarakat. Jadi menyontek itu lumrah, ikutin saja.
Saya bersikukuh tidak mau mengikuti karena bagi saya pendidikan itu sakral dan negeri ini sudah banyak memiliki orang pintar, yang kita kurang itu adalah memiliki orang yang berintegritas,“ tegasnya.
Tidak patah semangat Keputusannya mengambil jalur pendidikan yang tidak biasa itu membuat heran banyak pihak. Namun, ia tidak patah semangat.
Dengan bekerja keras dan kejujuran, ia berhasil membuktikan diri meraih ijazah paket C. Tidak hanya itu, ia berhasil diterima di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan lulus dalam waktu tiga tahun dengan nilai cum laude.
Namun, ia masih tidak bisa diam akan kebobrokan sistem pendidikan di Indonesia. Apalagi, Andi melihat banyak anak putus sekolah karena kurang biaya.
Secara bertahap, Andi mulai merintis untuk mendirikan Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YAPB). Melalui yayasan ini, Rizky memberikan pendidikan gratis untuk paket A, paket B dan paket C untuk masyarakat yang kurang mampu.
Selain itu juga ada program pelatihan dan keterampilan untuk masyarakat seperti pelatihan kelistrikan dan kursus menjahit, sedangkan bimbingan belajar anak diperuntukkan bagi mereka di usia sekolah 4-15 tahun.
Mereka diberikan pelajaran tambahan, khususnya bahasa Inggris, serta keterampilan seperti melukis, bermain alat musik, seni rupa dan mengikutsertakan mereka ke kompetisi seperti menulis cerpen dan olimpiade sains nasional.
Saat ini YAPB sudah berada di tiga lokasi, Tanah Abang, Tangerang, dan Medan. Bahkan untuk menjadi relawan yang mengajar di sana, Andi menerapkan tes khusus yang harus dilalui.
Dari semua itu, di lembaga pendidikannya ini juga Andi menekankan pentingnya kejujuran bagi semua siswa. Baginya, hanya dengan kejujuran akan tercipta pemuda-pemuda bangsa yang hebat. (M-4) miweekend@mediaindonesia.com
Sumber : MI/15/03/2015/Halaman 16