MENJUAL TERASI KEPASAR DUNIA
Kabupaten Berau yang kaya budaya merupakan salah satu pusat kerajinan tangan di Provinsi Kalimantan Timur. Selain kerajinan tangan, kabupaten yang satu ini juga penghasil produk kuliner.
Sayang, para perajin dan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ada di Kabupaten Berau mengalami kendala dalam hal pemasaran. Pasalnya, hasil produksi rumah tangga di daerah tersebut umumnya tidak dikemas dengan baik.
Hawa Madama, ibu rumah tangga di Kecamatan Tanjung Redeb, justru melihat persoalan itu sebagai peluang bisnis. Berbekal kejeliannya melihat peluang tersebut, Hawa kini memiliki dua tempat usaha yang bergerak di bidang pembuatan kemasan.
“Ini semua adalah produksi ibu rumah tangga yang ada di Kabupaten Berau, saya kumpulkan. Saya hanya membantu mengemas dan memasarkan saja,” kata Hawa sambil menunjuk rak berisi berbagai macam produk makanan.
Mayoritas produk yang dipajang di Toko Basinang, merupakan kuliner andalan Kabupaten Berau. Salah satunya adalah terasi. Siapa yang tidak kenal dengan terasi? Terasi termasuk makanan tradisional Indonesia yang biasa digunakan sebagai bumbu masak dan penyedap makanan.
Bahan makanan yang satu ini berbau tajam. Akan tetapi, justru itulah ciri khas terasi. Terasi dibuat dari bahan ikan atau udang segar yang difermentasikan. Umumnya, terasi berbentuk seperti pasta dan berwarna cokelat kehitaman. Kadang, produsen menambahkan pula bahan pewarna sehingga agar warnanya tampak kemerahan.
Terasi yang dikemas Hawa berbeda dengan terasi lain, yaitu dibuat dalam bentuk bubuk kering.
“Tujuannya supaya lebih awet. Kalau lebih awet bisa dijual lebih lama dan bisa dikemas dengan lebih baik dan menarik,” ujarnya.
Menurut Hawa, cara ini bisa dibilang inovatif. “Karena biasanya terasi dalam bentuk padat dan tinggi kandungan airnya,” jelas Hawa.
Terasi dalam kemasan biasanya hanya dipasarkan dalam kemasan yang seadanya karena pangsa pasarnya memang untuk memenuhi kebutuhan lokal. Namun wisatawan yang berkunjung ke Berau biasanya enggan membeli terasi karena baunya yang tajam dan biasanya dilarang dibawa dalam penerbangan.
“Kalau sudah kering dan dikemas dalam botol seperti ini tidak menimbulkan bau dan praktis dibawa kemana saja, bahkan ada juga wisatawan dari luar negeri yang membeli untuk oleh-oleh. Secara tidak langsung kita juga memperkenalkan terasi ke dunia internasional,” paparnya.
Mayoritas, konsumen terasi kering ini adalah para wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh makanan khas berau. Terasi yang dikemas oleh Basinang, dijamin lebih sehat, selain dibuat dari udang segar, terasi yang dijual di Basinang juga tidak mengandung zat pewarna.
Selain terasi, ada pula udang kering yang dikemas dengan menarik, menyerupai kotak tisu. “Jadi lebih elegan kalau dijadikan sebagai oleh-oleh, udang kering ini bisa dimasak lagi seperti udang segar, karena memang dibuat dari udang segar,” imbuhnya.
Toko Basinang memang hanya memasarkan produk-produk asli warga Berau yang tersebar di 13 kecamatan. Selain fokus pada produk kuliner, Basinang juga memasarkan hasil kerajinan masyarakat Dayak di Kabupaten Berau berupa hiasan manik-manik, miniatur rumah adat hingga pakaian dengan motif Pulau Derawan yang menjadi ikon Kabupaten Berau.
Rumah Kemas yang digagas pada 2009 itu juga tidak bisa dilepaskan dari peran aktif PT Berau Coal yang memang konsisten dalam pemberdayaan masyarakat. Tidak sekadar mendorong pemasaran produk khas Berau, PT Berau Coal juga tidak jarang mendampingi pelaku UKM yang ada di Berau untuk mengikuti pameran-pameran berkelas nasional dan internasional.
Di samping untuk memopulerkan produk-produk khas Berau, rumah kemas Basinang juga dimaksudkan sebagai pembekalan masyarakat menuju kemandirian pascatambang nantinya. Dengan demikian, ketergantungan masyarakat terhadap hasil tambang diharapkan akan berkurang dan menggali potensi lainnya, khususnya dalam industri pariwisata.
Sumber : http://berbagikisah.com
Tidak ada komentar