TINGGALKAN KEMEWAHAN DEMI KEDAMAIAN
Kenyamanan yang dirasakan selama 10 tahun di Australia ditinggalkannya untuk menolong anak-anak yang kurang beruntung di seluruh Indonesia.
“SAYA ingin hidup saya menjadi berkat bagi orang lain,“ ucap Henny. Kalimat itu merupakan mo tivasi Henny menjalani hidup dan bekerja sosial di Yayasan Tangan Pengharapan.
Tidak semata membantu mereka yang tidak mampu, Henny memiliki kisah yang patut diapresiasi. Henny termasuk perempuan mapan yang menghabiskan 10 tahun di Australia. Ia meninggalkan semua kenyamanan di `Negeri Kanguru' untuk pulang ke Indonesia pada 2006. Alasannya sederhana, hatinya terketuk melihat kondisi dan ledakan anak-anak prasejahtera di perempatan jalan.
“Saat itu, ada suara yang berbisik, selamatkan generasi,“ ucap Henny.
Suara hati itu yang memantapkan Henny untuk tidak kembali ke Australia. Keputusan ibu tiga anak itu tidak serta-merta mendapatkan dukungan sang suami. Berbagai pertanyaan membombardir, seperti bagaimana nasib suami, pekerjaan, bisnis, dan rumah yang semuanya telah mereka miliki di Australia.
Henny akhirnya sukses meyakinkan pasangan hidupnya untuk memulai dari nol di bumi pertiwi.Sang suami percaya keputusannya dibuat berdasarkan pemikiran yang matang dan doa. “Karena kami berdua orang yang religius,“ ucap Henny.
Bandung menjadi awal petualangan mulia Henny dan keluarga. Tinggal di ruko yang berseberangan dengan tempat main anak-anak setempat, Henny sempat heran karena melihat anak-anak bermain saat jam sekolah. Henny pun berinisiatif mengajarkan mereka bahasa Inggris secara gratis dan memberikan mereka makanan.
Berawal dari situ, kini Henny membina dan memberi makan 1.028 anak secara gratis melalui Yayasan Tangan Pengharapan. Tidak hanya di Bandung, yayasan itu tersebar di beberapa kota di Indonesia seperti NTT dan Kalimantan.
Meski demikian, jalan Henny tidak mudah.Pertama kali memulai, ia harus menggunakan sumber dana pribadi. Tak pelak sejumlah aset seperti mobil dan investasi dijual demi menghidupi gerakannya.
Kini sejumlah bantuan dan donasi dari berbagai pihak diterima Henny untuk melancarkan gerakan yang diinisiasinya.Bukan Jakarta Ibu Kota pernah menjadi fokus Henny untuk memberikan pengajaran dan makanan secara gratis. Namun, hal itu berubah ketika Henny mendapati fakta bahwa anak-anak tersebut sebenarnya tidak datang dengan motivasi untuk mendapatkan pendidikan dan makanan secara gratis.
“Pendapatan mereka sebagai anak jalanan sebenarnya sangat besar,“ terang Henny merujuk pada fakta bahwa anak jalanan tiap harinya mampu mendapatkan Rp25 ribu hingga Rp300 ribu.
Sayangnya, semua uang itu dihabiskan untuk hal yang tidak berguna, misalnya bermain gim di rental. Hal itu membuat Henny menghentikan aksinya di Jakarta. Ia pun langsung memilih daerah lain yang layak ditolong. Ia pun memilih Halmahera sebagai tujuan pertamanya.
Di Halmahera hingga daerah-daerah terpencil, Henny tidak hanya memberikan pengajaran dan makanan gratis, ia fokus pada pemberdayaan masyarakat seperti mengajari bertanam dan membuat pupuk serta pestisida secara alami.
“Karena menurut saya Indonesia akan kuat dengan generasi yang hebat,“ pungkas Henny.(M-4) miweekend@mediaindonesia.com
Sumber : MI/15/02/2015/Halaman 16
Tidak ada komentar