Breaking News

UHAMKA BERKOMITMEN LAYANI PENDIDIKAN SEMUA UMAT BERAGAMA


Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) berkomitmen dalam nilai kebangsaan dan keagamaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjaga keberagaman dan kebinekaan. Salah satunya diwujudkan melayani pendidikan tinggi bagi semua anak bangsa dari semua agama yang ada di Tanah Air.

Hal tersebut dikemukakan Wakil Rektor IV Uhamka, Zamah Sari, saat membuka Focus Group Discussion (FGD) menyambut Musyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa, di Kampus Uhamka, Jakarta, Rabu (7/2). Turut hadir sebagai narasumber FGD itu, Ketua Komisi Beragama MUI Pusat, Manager Nasution, dan Direktur Maarif Institute, M Abdullah Darraz.

Zamah Sari menegaskan, pihaknya sebagai salah satu perguruan tinggi Islam berkomitmen dalam melayani seluruh umat beragama. Pernyataan ini salah satunya dibuktikan dengan jumlah mahasiswa berkeyakinan agama nasrani yang jumlahnya lebih tinggi dari mahasiswa Islam yang berada di daerah lain.

"Di daerah Kupang, NTT, mahasiswa Uhamka sebanyak 70% adalah mahasiswa beragama nasrani. Di Manokwari, Papua, bahkan 90% mahasiswa kami beragama Kristen. Kita sudah terbiasa saling berhubungan, mengelola, dan melayani," tegas Zamah dalam keterangannya.

Ketua Komisi Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat 2010-2015, Manager Nasution, berpendapat Indonesia merupakan negara kepulauan yang ditakdirkan dengan keragaman luar biasa.

Ia menjelaskan keberadaan Indonesia dengan memiliki 17.504 pulau terbentang luas dengan 7.870 pulau telah bernama dan 9.634 lainnya belum memiliki nama. Indonesia juga terdiri atas 1.340 suku dan enam agama yang diakui negara yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Keunikan Indonesia lainnya ialah dari empat ras etnis besar di dunia, Indonesia hampir lengkap keberagamannya meliputi Melayu-Mongoloid, Melanesoid, Asiatic Mongoloid, dan Kaukasoid.

"Negara yang kita cintai ini, Indonesia, mampu bertahan atau survive dan sudah banyak diuji dengan berbagai konflik dan tantangan yang dihadapi danberhasil kita atasi bersama," kata Manager.

Direktur Maarif Institute, M Abdullah Darraz, mengutarakan pemikiran dan pandangan dari organisasi moderat Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) tidak familiar di sekolah negeri. Hal ini mengakibatkan berbagai tantangan ideologi seperti sektarianisme, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme mudah masuk ke ranah sekolah negeri.

Ia berpendapat berbagai pandangan dari komunitas umum seperti kelompok intoleran akan mudah masuk ke sekolah. Bahkan, berbagai pandangan itu dapat merongrong organisasi moderat itu sendiri.

Ia mencontohkan pada salah satu sekolah negeri di Bali, para pelajar putri yang muslim tidak boleh menggunakan kerudung. Selain itu tidak disediakan fasilitas ibadah seperti musala atau mesjid. Jika ke tempat ibadah mesti berjalan 2 kilometer.

Namun begitu, ia memuji Kota Tomohon yang berada di kawasan Manado dan sekitarnya di Sulawesi Utara dapat menjadi salah satu model dan contoh kota yang relatif pantas menjadi contoh dan model toleransi beragama yang baik.

Darraz menjelaskan, Tomohon sebagai kota yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen Protestan, tetapi mampu mengayomi berbagai agama minoritas di daerahnya. Ia menilai masyarakat Tomohon akomodatif dan menjaga toleransi beragama yang baik dengan memberi dan memfasilitasi kebutuhan agama minoritas, seperti tempat untuk ber ibadah. (RO/OL-2)

Sumber: Media Indonesia.

Halaman